Teriak Para Pedagang Kuliner Khas Solo: Harga Kelapa Tetap Melambung

Kenaiangan biaya produk pasar, seperti kelapa yang diparut, terjadi di daerah tersebut. Kota Surakarta Atau Solo tidak dapat dibendung dalam beberapa bulan terakhir.

Kelapa parut yang biasanya dihargai sekitar Rp7.000 per butir saat ini telah meningkat menjadiRp15.000 per butir di beberapa pasar tradisional seperti Pasar Legi di Kota Surakarta.

Widodo, salah seorang penjual kelapa parut di Pasar Legi, mengatakan bahwa situasi serupa telah berlangsung sejak tengah tahun 2024. Ia menambahkan bahwa saat lebaran tahun 2025 mendatang, harga kelapa parut dapat meningkat hingga mencapai angka Rp25 ribu untuk setiap bijinya.

"Mengalami fluktuasi, sebelumnya tarifnya berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp16 ribu seminggu yang lalu," jelas Widodo ketika ditemui di warung pasarnya, Jumat (9/5/2025) sore hari.

Bukan hanya harganya yang naik sampai 100 persen, tetapi Widodo juga menyebutkan bahwa ketersediaan kelapa parut dari para petani pun terbatas.

Penduduk dari Grogol, Kabupaten Sukoharjo, menjelaskan bahwa peningkatan harga kelapa parut dalam beberapa bulan terakhir telah mempengaruhi kemampuan pembelian warganya.

Saat harga berada pada tingkat normal, penjualan kelapa parut di tokonya umumnya dapat mencapai hingga 200 buah sehari, dengan mayoritas konsumen adalah pemilik warung atau bisnis makanan.

"Benar-benar berpengaruh, biasanya 200 setiap harinya tapi kini hanya 100 saja," jelas Widodo.

"Mereka (pelanggan) sebenarnya bisa dibuat beli lebih banyak lagi oleh para pedagang makanan, apalagi jika ingin menaikan harganya jadi tidak mudah," tambahnya.

Kuliner Khas Solo Mengalami Penurunan Pasca Lesunya Usaha Digerakan

Keluhan yang sama juga disuarakan oleh pemilik usaha makanan khas Solo, Yohana. Menurutnya, untuk menghindari kerugian, dia perlu meningkatkan harganya.

Yohana juga menyebut situasi peningkatan biaya untuk hasil kelapa yang dicincang sangat memprihatinkan karena belum pulih seperti semula.

"harga kelapa sudah tidak meningkat lagi namun harganya berbeda. Beberapa bulan yang lalu produk ini pernah kehabisan stok. Namun apa boleh buat, kita harus tetap bertahan, sebab jika tidak ada kelapa, kenaikan harga akan demikian dan tanpa disadari kita mungkin harus menaikkan sedikit harga serabiu agar usaha dapat terus berjalan," keluhan Yohana.

Sebagai gantinya mengatur pasokan bahan baku serabi miliknya, Yohana lebih suka meningkatkan harga hidangan tradisional itu.

"Kami tidak memotong (bahan baku). Formula masih sama, kita tidak merubah apa pun, agar kualitasnya tetap terjaga," papar Yohana.

"Dulu per pieces-nya Rp2.500 yang original, naiknya sekarang Rp3 ribu, jadi (kami) naikkan Rp500 perak," imbuhnya.

Ternyata, keputusan untuk meningkatkan harga produk malah berdampak pada pengurangan kemampuan konsumen dalam membeli barang tersebut.

Yohana menyebutkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, bisnisnya mengalami penurunan pendapatan sebesar 30 persen.

Yohana juga berharap pemerintah dapat dengan cepat menyusun keputusan untuk menangani peningkatan harga kelapa yang diparut tersebut.

"Diharapkan harga kelapa kembali seperti dahulu, bagaimana mungkin menjadi tidak tersedia sama sekali? Meskipun para distributornya di Solo merasa kesulitan mencarinya," tutupnya.

Respons Wali Kota Solo

Walikota Surakarta, Respati Ardi, memberikan tanggapan terhadap keluhan warganya tentang peningkatan biaya untuk hasil olahan kelapa. Saat dihubungi melalui panggilan telpon, Respati menyatakan bahwa mereka sudah mendiskusikan masalah ini dengan Departemen Pertanian.

Respati pun tidak menyangkal bahwa peningkatan harga kelapa parut cukup berdampak pada sebagian penduduk Solo, terlebih lagi para pengusaha kuliner khas Kota Bengawan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa banyak hidangan populer dan camilan diSolo mengandalkan kelapa parut sebagai salah satu bahan utamanya.

"Terkait dengan keluhan para pedagang dan pembeli di Pasar Kota Surakarta tentang peningkatan harga kelapa, kami akan segera berkonsultasi dengan Kementerian Pertanian. Ini disebabkan di Solo terdapat berbagai macam kuliner yang sangat dipengaruhi oleh harga kelapa," jelas Respati.

"Kita akan secepatnya sampaikan kepada kementerian yang berkaitan dengan masalah stabilisasi harga kelapa karena berhubungan dengan UMKM di Kota Solo," tandasnya.

Belum ada Komentar untuk "Teriak Para Pedagang Kuliner Khas Solo: Harga Kelapa Tetap Melambung"

Posting Komentar

Berikan kritik dan saranmu agar kuymasak bisa lebih baik lagi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel